Bagaimanakah Memilih Teman yang Baik?
Nasehat buat Muslimah
Nasehat
Bakr bin Abdullah Abu Zaid, ketika baliau berkata,” Hati-hatilah dari teman yang jelek
…!, karena sesungguhnya tabiat itu suka meniru ! .. Maka hati-hatilah bergaul dengan orang. Baca Selengkapnya.
Lihatlah, Siapa Temanmu…!
“Apabila engkau berada di
tengah-tengah suatu kaum maka pililhlah orang-orang yang balk sebagai sahabat,
dan janganlah engkau bersahabat dengan orang-orang jahat sehingga engkau akan
binasa bersamanya“
Wanita
adalah bagian dari kehidupan manusia, sehingga dia tak akan pernah lepas dari
pola interaksi dengan sesama. Terlebih dominasi perasaan yang melekat pada
dirinya, membuat dia butuh teman tempat mengadu, tempat bertukar pikiran dan
bermusyawarah. Berbagai problem hidup yang dialami menjadikan dia berfikir
bahwa, meminta pendapat, saran dan nasehat teman adalah suatu hal yang perlu.
Maka teman sangat vital bagi kehidupannya, siapa sih yang tidak butuh teman
dalam hidup ini..?.
Namun
wanita muslimah adalah wanita yang dipupuk dengan keimanan dan dididik dengan
pola interaksi Islami. Maka pandangan Islam dalam memilih teman adalah
barometernya, karena dirinya sadar, teman yang baik (shalihah) memiliki
pengaruh besar dalam menjaga keistiqomahan agamanya. Selain itu teman shalihah
adalah sebenar-benar teman yang akan membawa mashlahat dan manfaat. Maka dalam
pergaulannya dia akan memilih teman yang baik dan shalihah, yang benar-benar
memberikan kecintaan yang tulus, selalu memberi nasihat, tidak curang dan
menunjukan kebaikan. Karena bergaul dengan wanita-wanita shalihah dan
menjadikannya sebagai teman selalu mendatangkan manfaat dan pahala yang besar,
juga akan membuka hati untuk menerima kebenaran. maka kebanyakan teman akan
jadi teladan bagi temannya yang lain dalam akhlak dan tingkah lake. Seperti
ungkapan “Janganlah
kau tanyakan seseorang pada orangnya, tapi tanyakan pada temannya. karena setiap
orang mengikuti temannya“.
Bertolak
dari sinilah maka wanita muslimah senantiasa dituntut untuk dapat memilih
teman, juga lingkungan pergaulan yang tak akan menambah dirinya melainkan
ketakwaan dan keluhuran jiwa. Sesungguhnya Rasulullah juga telah menganjurkan
untuk memilih teman yang baik (shalihah) dan berhati-hati dari teman yang
jelek.
Hal
ini telah dimisalkan oleh Rasulullah melalui ungkapannya:
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang
baik (shalihah) dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan
peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak
wanginya itu atau engkau menibeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma
harmznya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu
atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap“. (Riwayat Bukhari, kitab Buyuu’, Fathul Bari 4/323 dan
Muslim kitab Albir 4/2026)
Dari
petunjuk agamanya, wanita muslimah akan mengetahui bahwa teman itu ada dua
macam. Pertama, teman yang shalihah, dia laksana pembawa minyak wangi yang
menyebarkan aroma harum dan wewangian. Kedua teman yang jelek laksana peniup
api pandai besi, orang yang disisinya akan terkena asap, percikan api atau
sesak nafas, karena bau yang tak enak.
Maka
alangkah bagusnya nasehat Bakr bin Abdullah Abu Zaid, ketika baliau berkata,” Hati-hatilah dari teman yang jelek
…!, karena sesungguhnya tabiat itu suka meniru, dan manusia seperti serombongan
burung yang mereka diberi naluri untuk meniru dengan yang lainnya. Maka
hati-hatilah bergaul dengan orang yang seperti itu, karena dia akan celaka,
hati- hatilah karena usaha preventif lebih mudah dari pada mengobati “.
Maka pandai-pandailah dalam memilih teman, carilah orang
yang bisa membantumu untuk mencapai apa yang engkau cari . Dan bisa mendekatkan
diri pada Rabbmu, bisa memberikan saran dan petunjuk untuk mencapai tujuan
muliamu.
Maka
perhatikanlah dengan detail teman-temanmu itu, karena teman ada bermacam-macam
1.ada teman yang bisa memberikan manfaat
2.ada teman yang bisa memberikan kesenangan (kelezatan)
3.dan ada yang bisa memberikan keutamaan.
Adapun
dua jenis yang pertama itu rapuh dan mudah terputus karena terputus
sebab-sebabnya. Adapun jenis ketiga, maka itulah yang dimaksud persahabatan
sejati. Adanya interaksi timbal balik karena kokohnya keutamaan masing-masing
keduanya. Namun jenis ini pula yang sulit dicari. (Hilyah Tholabul ‘ilmi,
Bakr Abdullah Abu Zaid halarnan 47-48)
Memang
tidak akan pernah lepas dari benak hati wanita muslimah yang benar-benar sadar
pada saat memilih teman, bahwa manusia itu seperti barang tambang, ada
kualitasnya bagus dan ada yang jelek. Demikian halnya manusia, seperti
dijelaskan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam :
” Manusia itu adalah barang tambang
seperti emas dan perak, yang paling baik diantara mereka pada zaman jahiliyyah
adalah yang paling baik pada zaman Islam jika mereka mengerti. Dan ruh-ruh itu
seperti pasukan tentara yang dikerahkan, yang saling kenal akan akrab dan yang
tidak dikenal akan dijauhi ” (Riwayat
Muslim)
Wanita
muslimah yang jujur hanya akan sejalan dengan wanita-wanita shalihah, bertakwa
dan berakhlak mulia, sehingga tidak dengan setiap orang dan sembarang orang dia
berteman, tetapi dia memilih dan melihat siapa temannya. Walaupun memang, jika
kita mencari atau memilih teman yang benar-benar bersih sama sekali dari aib,
tentu kita tidak akan mendapatkannya. Namun, seandainya kebaikannya itu lebih
banyak daripada sifat jeleknya, itu sudah mencukupi.
Maka
Syaikh Ahmad bin ‘Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisi atau terkenal dengan nama
Ibnu Qudamah AlMaqdisi memberikan nasehatnya juga dalam memilih teman: “Ketahuilah, bahwasannya tidak
dibenarkan seseorang mengambil setiap orang jadi sahabatnya, tetapi dia harus
mampu memilih kriteria-kriteria orang yang dijadikannya teman, baik dari segi
sifat-sifatnya, perangai-perangainya atau lainnya yang bisa menimbulkan gairah
berteman sesuai pula dengan manfaat yang bisa diperoleh dari persahabatan
tersebut itu.
Ada manusia yang berteman karena tendensi dunia, seperti karena harta, kedudukan
atau sekedar senang melihat-lihat dan bisa ngobrol saja, tetapi itu bukan
tujuan kita.
Ada pula orang yang berteman karena kepentingan Dien
(agama), dalarn hal inipun ada yang karena ingin mengambil faidah dari ilmu dan
amalnya, karena kemuliaannya atau karena mengharap pertolongan dalam berbagai
kepentingannya. Tapi, kesimpulan dari semua itu orang yang diharapkan jadi
teman hendaklah memenuhi lima kriteria berikut; Dia cerdas (berakal), berakhlak
baik, tidak fasiq, bukan ahli bid’ah dan tidak rakus dunia. Mengapa harus
demikian ?, karena kecerdasan adalah sebagai modal utama, tak ada kabaikan jika
berteman dengan orang dungu, karena terkadang ia ingin menolongmu tapi malah
mencelakakanmu. Adapun orang yang berakhlak baik, itu harus. Karena terkadang
orang yang cerdaspun kalau sedang marah atau dikuasai emosi, dia akan menuruti
hawa nafsunya. Maka tak baik pula berteman dengan orang cerdas tetapi tidak
berahlak. Sedangkan orang fasiq, dia tidak punya rasa takut kepada Allah. Dan
barang siapa tidak takut pada Allah, maka kamu tidak akan aman dari tipu daya
dan kedengkiannya, Dia juga tidak dapat dipercaya. Kalau ahli bid’ah jika kita
bergaul dengannya dikhawatirkan kita akan terpengaruh dengan jeleknya
kebid’ahannya itu. (Mukhtasor Minhajul Qasidin, Ibnu
Qudamah hal 99).
Maka
wanita muslimah yang benar-benar sadar dan mendapat pancaran sinar agama, tidak
akan merasa terhina akibat bergaul dengan wanita-wanita shalihah meskipun
secara lahiriyah, status sosial clan tingkat materinya tidak setingkat. Yang menjadi
patokan adalah substansi kepribadiannya dan bukan penampilan dan kekayaan atau
lainnya. “Pergaulan
anda dengan orang mulia menjadikan anda termasuk golongan mereka, karenanya
janganlah engkau mau bersahabat dengan selain mereka“.
Oleh
karena itu datang petunjuk Al Qur’an yang menyerukan hal itu :
“Dan bersabarlah kamu bersama dengan
orang-orang yang menyeru Rabbnya dipagi dan disenja hari dengan mengharap
keridhoan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena
mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang
yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa
nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (Al-Kahfi:28)
Maraji :
Hilyah tolabul ‘ilmi, Bakr Abdullah Abu Zaed, Mukhtasor
Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah, Bid’ah dhowabituha wa atsaruhas Sayyisil Ummah,
Dr. Ali Muhammad Nashir AlFaqih, Sahsiyah Mar’ah, Dr M.Ali Al Hasyimi
Dikutip
dari Buletin Dakwah Al-Atsari, Cileungsi Edisi X Sha’ban 1419 Dinukil dari
Darussalaf.or.id offline, Penulis: Bintu Humron, Judul: Lihatlah, Siapa
Temanmu…!
diting,by:dandy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar